Di bulan oktober ini ada sebuah catatan sejarah yang
dianggap penting bagi bangsa kita, yakni hari Sumpah Pemuda. Tentunya kita tau
apa isi dari sumpah pemuda yang di ikrarkan tanggal 28-okt-1928 tersebut.
Intinya para pemuda diikat dalam suatu ikatan nasionalisme yang berbangsa,
berbahasa, dan bertanah air satu.
Lahirnya ikatan nasionalisme
tersebut karena sebelumnya begitu banyak organisasi pemuda dengan tujuan dan
asas yang berbeda-beda, mislanya jong java, jong ambon, bahkan ada pula yang
menjadikan islam sebagai ikatannya. Kemudian mereka yang tadinya bercerai-berai
di berbagai daerah pun disatukan oleh satu ikatan, yakni nasionalisme.
Padahal sesungguhnya, ikatan
nasionalisme tersebut begitu rapuh dan tidak layak jika dijadikan pengikat
antara kita. Alasannya Pertama,
karena mutu ikatannya rendah, sehingga tidak mampu mengikat antara manusia satu
dengan manusia lainnya tatkala menuju kebangkitan dan kemajuan. Kedua, karena ikatannya bersifat
emosional, yang selalu didasarkan pada perasaan yang muncul secara spontan dari
naluri mempertahankan diri, yaitu untuk membela diri. Disamping itu, sangat
berpeluang untuk berubah-ubah, sehingga tidak bisa dijadikan ikatan yang
langgeng antara manusia satu dengan yang lain. Ketiga, karena ikatannya bersifat temporal, yakni muncul saat
membela diri karena datangnya ancaman. Sedangkan dalam keadaan stabil, ikatan
ini tiada lagi berarti. Dengan demikian, tidak bisa dijadikan pengikat antara
sesame manusia.
Sudah terbukti bahwa ikatan ini
rentan terhadap goncangan. Keitka ada musuh mengancam Negara dan bangsa, kita
bangkit dan berjuang bersama. Tapi jika tak ada ancaman musuh, ikatan itu
seolah ditelan bumi. Itu sebabnya dalam Islam, Nasionalisme (Ashobiyah)
mendapat kritikan tajam dan dibeli label haram untuk digunakan sebagai ikatan.
Rasulullah saw. Bersabda : ”Bukan
dari golongan kami siapa saja yang mengajak pada Ashobiyah, bukan pula golongan
kami prang yang berperang karena Ashobiyah, dan tidak termasuk golongan kami
orang yang mati karena Ashobiyah.” (H.R Abu Dawud)
Saatnya kita sadar, bahwa
sebenarnya ada ikatan yang jauh lebih mulya dan kuat dibandingkan nasionalisme,
yakni ikatan akidah Islam. Ikatan ini sejatinya dipakai untuk menyatukan
perjuangan umat Islam di seluruh dunia untuk kebangkitan Islam dan kaum
muslimin. Ikatan ini pun mampu menjaga dan mengayomi seleuruh penduduk tanpa
terkecuali. Muslim dan non muslim diperlakukan adil tanpa ada diskriminasi
didalmnya. Namun itu semua dapat terwujud ketika khilafah tegak dan menerapkan
hukum Islam secara menyeluruh. Karena itulah, saatnya kita ganti ikatan
nasionalisme dengan ikatan yang shahih yang berasal dari Illahi Rabbi, yakni
ikatan akidah Islam. Kemudian bergegas
memperjuangkan Islam agar dapat diterapkan secara kaffah di muka bumi.
Wallahu’alam,
Comments :
0 komentar to “Catatan dibalik Sumpah Pemuda”
Posting Komentar